Akhirnya di Tanda Tangaan..

Puji Tuhan, hari ini proposal Dies Natalis saya di setujui oleh dekan. Saudara, tahukah mengapa proposal kami tersendat-sendat? Saya pun baru menyadarinya sekarang. Permasalahan besar yang bisa jadi perbaikan bagi saya di kemudian hari.

Pertama, tidak ada yang mau berkorban jadi pelayan.
Setiap panitia hanya mau tahu beres. Tanpa ada yang mau mengorbankan waktunya untuk mengurus proposal.

Kedua, merasa dirinya benar.
Tidak ada yang mau menanggung kelemahan tiap-tiap orang. Maunya menang sendiri mempertahankan prinsipnya. Tidak ada yang mau mengakui kesalahan.

Ketiga, tidak mau menerima pengajaran.
Untuk kasus ini saya benar-benar tidak habis pikir Saudara. Yang melakukan kesalahan ini adalah ketua panitia sendiri! Jadi begini ceritanya Saudara, ketua kami kost di suatu kosan khusus pria. Kebetulan tadi pagi, saya dan sahabat saya, Apit berembuk bersama dan mengambil keputusan pergi ke kosan ketua kami untuk mengurus ketidak jelasan proposal kami. Kebetulan saya kenal baik dengan teman-teman se-kosan ketua kami. Jadi saya tidak merasa canggung saat menanyakan keberadaan ketua kami. ternyata ketua kami sedang tidak di tempat. Saya sempat ingin panik namun puji Tuhan, Tuhan letakkan ketenangan dalam pikiran saya sehingga saya tetap dapat berpikir jernih. Saya bertanya kepada kakak pengurus IMK yang pernah saya minta pertolongan untuk membantu saya menyusun proposal. Tanpa basa-basi kakak pengurus pun langsung membantu saya mengecek proposal kami. Ia menandai kesalahan kami dan memperbaikinya. Yang tidak saya dan sahabat saya sangka ialah kakak pengurus telah mengatakan kesalahan pada proposal kami kepada ketua. Namun ketua kami bersikeras tidak mau mendengar. Bahkan mengatakan bahwa ketua kami hanya meminta bantuan kakak pengurus IMK untuk memprint saja. Dan kami anggota panitia tidak pernah mendengar hal apapun tentang hal itu.

Saya sempat kesal Saudara. Hanya karena kesalahan seseorang dapat membawa dampak yang buruk bagi seluruh angkatan kami. Saya dan sahabat saya yang waktu itu sedang praktikum mikrobiologi sampai meninggalkan praktikum di sela sterilisasi alat cuma untuk mengejar proposal. Yang membuat emosi saya dan Apit, ialah praktikum kami terancam gagal. Kebetulan kami sekelompok, jadi saya dan Apit meninggalkan teman sekelompok kami dua orang yang boleh dikatakan masih bingung. Tapi untungnya puji Tuhan semua telah berlalu. Saya sempat mengatakan kepada Apit, saya jadi merasa bersalah meninggalkan praktikum. Tapi kalau tidak begitu tidak akan selesai proposal kami.
Apit pun menjawab iya sama, sabar nes. Haha.

Puji syukur hari ini sangat melelahkan, namun banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan. Puji Tuhan. Oh, ya bagaimana hari Saudara? Pastinya banyak pula pengajaran yang di beri Tuhan kepada Saudara. Let's praise the Lord. Gb.

Comments

Popular Posts