Teddy Bear Shoppe
Saya baru saja mencoba untuk membuat sebuah cerpen rohani. Mengkisahkan kehidupan seorang percaya yang menjalani kehidupannya sesuai dengan koridor Tuhan, namun seumur hidupnya, ia hanya mendapat kesulitan. Sampai akhir ceritanya si orang percaya yang di ibaratkan sebagai sebuah boneka yang terpajang di sebuah etalase toko, mengetahui rencana indah Tuannya dan merelakan hidupnya untuk di pakai seturut kehendakNya. please enjoy reading :)
Mentari pagi di ufuk timur telah menunjukan sinarnya, masih sama seperti hari2 sebelumnya. Sinar matahari yang hangat menerpa wajahku menembus lapisan kaca etalase tempat aku dipajang di sebuah toko boneka yang terletak di pusat kota.
Hari semakin siang dan semakin banyak Orang-orang berlalu lalang dngan tas jinjing, jam tangan di pergelangan tangan dan kemeja berjas yang rapi. Mereka mengejar waktu untuk beraktifitas sama seperti hari2 sebelumnya, rutinitas.
Lalu aku pun melihat diriku sendiri. Aku hanyalah seorang boneka Teddy Bear berwarna coklat tua yang usang karena tidak ada yang mau membeliku. Pemilik toko mungkin sengaja meletakkanku di etalase ini agar ada yang mau membeliku. Buktinya teman2ku yang lain tidak ada yang dipajang di kaca etalase yang panas, pengap, dan membosankan ini. Aku kan juga ingin jalan2 ke taman ria, berenang dan bermain sepeda. Tapi aku malah terjebak di tempat ini. Ingin rasanya aku protes kpd Pemilik toko. Aku ingat saat pertama kali Pemilik toko mengambilku dari rak tempat aku dipajang sebelumnya. Aku secara pribadi lebih menyukai rak itu. Agak sepi dan lbh kotor, tapi lebih baik daripada dijadikan tontonan orang2 dan harus berdiam diri sendirian di tempat yang panas dan pengap ini. Memang banyak orang yang melihatku dan tersenyum kemudian masuk ke dalam toko. Tadinya ku pikir ia mau membeli dan membawaku keluar dari toko ini. Tapi pikiranku salah. Orang tersebut mengambil boneka yang lain dan membawanya pulang. Baiklah, aku tdk berpikir kalau aku seburuk itu. Tapi aku telah membiasakan diriku dngan hal itu.
Matahari telah naik semakin tinggi. Aku melirik ke seberang jalan. Seorang anak kecil berseragam sekolah taman kanak2 berjalan bergandengan tangan dengan ibunya sambil tertawa. Si anak kemudian melambaikan tangannya ke arahku dan tersenyum ...lebar. Aku tersipu-sipu. Senyum anak kecil itu sangatlah manis dan hangat seperti saat matahari pagi menyentuh wajahku. Seperti apa ya rasanya diluar sana. Pasti senang rasanya karena anak kecil itu bisa tersenyum selebar itu.
"hmm, anak kecil yang manis." ujar seseorang dibelakangku. SuaraNya yang berat dan berkharisma mengejutkanku, kenapa Pemilik toko ada di belakangku. "di siang hari yang panas seperti ini, seperti mujizat rasanya diberi senyuman sehangat itu. Kamu pasti senang, ya."
"ya, pasti diluar sana sangat menyenangkan sampai anak itu bisa tersenyum selebar itu.. Aku juga ingin sekali.." ujarku dngan lirih. Pemilik toko tersenyum seolah tidak merasakan keinginanku yang mengebu-gebu untuk keluar dari etalase yang sumpek ini. Atau bahkan Ia tidak peduli?
Melihat senyum Pemilik toko, aku pun ingin mengajukan beberapa keberatanku yang selama ini terus ku pendam. Pemilik toko memang sangat baik. Ia memperlakukan semua bonekaNya dengan sangat apik dan penuh kasih kecuali kepadaku. Ya, karena cuma aku yang di'siksa' seperti ini.
"Tuan, bolehkah aku mengatakan sesuatu?" tanyaku dengan hati2.
Pemilik toko sama sekali tidak merubah mimik senyum di wajahNya. "apa itu." ucap Pemilik toko dengan lembut.
Pemilik toko adalah orang yang sangat sibuk dengan banyak pekerjaan. namun, Ia punya cara tersendiri untuk menghabiskan waktuNya saat ia sedang senggang. Ia suka duduk di kursi yang berhadapan dengan etalase. Tepat di belakangku dan mengamati orang2 yang masuk tokoNya bersamaku. Seolah menemaniku dalam kesendirianku di etalase. kadang Ia hanya diam saja. tapi Ia hampir selalu menceritakan banyak hal kepadaku.
"maaf sebelumnya jika selama ini aku hanya membawa kesulitan untukMu. Aku tidak laku dijual dan hanya jadi sampah yang memenuhi tokoMu sampai2 Kau harus meletakkanku di rak yang terpencil ini.. Meski sebenarnya lbh baik daripada Kau membuangku, tapi tempat ini panas dan pengap apalagi saat siang hari rasanya aku bisa terbakar. Itu belum yang terburuk. Selain itu tatapan orang2 setiap hari membuatku risih. Aku memang boneka beruang yang jelek. Tapi sepertiny Kau lupa untk meletakkan kartu diskon disini agar ada orang yang mau membeliku tanpa perlu aku menderita menunggu selama ini." protesku.
Pemilik toko hanya diam dan tersenyum dalam waktu yang lama. Lalu kemudian Ia beranjak dari kursiNya dan pergi. Aku tdk akan berpikir kalau Ia tidak marah. Bagus, aku membuka jalanku sendiri menuju pembuangan sampah.
Tiba2 tatapanku beralih kepada anak kecil dengan senyum hangat tadi. Ia dan ibunya berjalan memasuki toko. Aku mulai merasa bahwa anak dengan senyum yang hangat itu akan membeliku. Namun pikiranku keliru lagi. Ia keluar membawa boneka yang lain.
"mengapa kamu memusingkan hal yang seharusny tidak perlu kamu pikirkan?" ujar Pemilik toko kembali duduk di tempat Ia duduk sebelumnya.
Aku menangis. "hiks, Tuan, apa Kau akan membuangku setelah ini karena aku tidak laku?" tangisku.
"siapa yang bilang kamu boneka beruang jelek usang yang tidak laku? Tahukah kamu bahwa kamu adalah boneka paling berharga yang pernah Aku punyai? Aku menempatkanmu di rak ini bukan untuk menyiksamu. Tapi karena untuk memperlihatkan kepada semua orang bahwa kamu adalah boneka milik Ku yang paling indah dan berharga. Aku meletakkanmu di etalase ini agar semua orang dapat mengetahui bahwa kamu adalah milikKu dan aku selalu menjaga milik kepunyaanKu dengan baik. Karena Aku tahu kamu memiliki kelebihan, Aku ingin kamu mengunakan kelebihan itu untuk kemuliaan namaKu" ujar si Pemilik toko
"tapi apa kelebihanku, Tuan? Aku tidak merasa punya bnyak kelebihan.."
Pemilik toko kemudian menempatkan sebuah cermin tepat di depan wajahku. "Aku memilihmu karena ini. Inilah kelebihan yang tidak pernah kau sadari."
aku tercengang saat melihat bayangan wajahku yang terpantul di cermin. Seorang boneka beruang dengan wajah tersenyum berbalik menatapku dengan senyum manisnya. "ini... Aku?" tanyaku setengah tidak percaya.
Pemilik toko tersenyum. "benar. Dan tahukah kamu kenapa selama ini banyak orang yang tersenyum saat mereka melihatmu? Bukan karena keadaan diluar sana begitu indah dan menyenangkan, tapi mereka tersenyum karena MELIHAT senyummu di balik kaca etalase ini." ujar Pemilik toko. "mereka melihat senyum mu dan kemudian mereka masuk ke dalam toko dan akhrnya menemukan senyum2 yang lain."
"karena Aku tahu kamu adalah boneka dengan senyum termanis, maka Aku meletakkanmu di etalase yang tidak kamu sukai agar semua org bs melihat senyum mu dan merasa bahagia di hari2 mereka yang buruk. " terang Pemilik toko yang membuatku tercengang. "oh, ya.. Dan tahukah kamu kenapa sampai sekarang belum ada yang membelimu, itu karena Aku sendiri yang menempatkan tanda 'tidak untuk dijual' karena kamu sendiri adalah milik kepunyaanKu."
aku terdiam mendengar penjelasan Pemilik toko. Aku tdk pernah mengetahuiny sebelumnya. Maka, aku pun memejamkan mata. Mulai saat ini aku akan melihat segalanya dengan mata yang berbeda. Lalu aku kembali membuka mataku dan aku menarik senyum terlebar yang ku punya dan memberikannya kepada siapapun yang menyempatkan diri melihatnya.
Aku tersenyum di hari ini karena aku tahu bahwa aku berharga bagiNya dan aku ingin membagikan perasaan ini dgn org lain.
Oh ya, dan kalau saat ini kamu melihat senyumku, sempatkanlah dirimu untk masuk juga ke dalam toko. Karena disini kamu akan menemukan senyum2 yang lain dan terutama senyum si Pemilik toko yang bernama Yesus Kristus. Jika kamu memintanya, Ia mungkin akan memberimu Oleh2 gratis yang akan membuatmu terus ingat untk mengunjungi toko ini. :)
GBU
Mentari pagi di ufuk timur telah menunjukan sinarnya, masih sama seperti hari2 sebelumnya. Sinar matahari yang hangat menerpa wajahku menembus lapisan kaca etalase tempat aku dipajang di sebuah toko boneka yang terletak di pusat kota.
Hari semakin siang dan semakin banyak Orang-orang berlalu lalang dngan tas jinjing, jam tangan di pergelangan tangan dan kemeja berjas yang rapi. Mereka mengejar waktu untuk beraktifitas sama seperti hari2 sebelumnya, rutinitas.
Lalu aku pun melihat diriku sendiri. Aku hanyalah seorang boneka Teddy Bear berwarna coklat tua yang usang karena tidak ada yang mau membeliku. Pemilik toko mungkin sengaja meletakkanku di etalase ini agar ada yang mau membeliku. Buktinya teman2ku yang lain tidak ada yang dipajang di kaca etalase yang panas, pengap, dan membosankan ini. Aku kan juga ingin jalan2 ke taman ria, berenang dan bermain sepeda. Tapi aku malah terjebak di tempat ini. Ingin rasanya aku protes kpd Pemilik toko. Aku ingat saat pertama kali Pemilik toko mengambilku dari rak tempat aku dipajang sebelumnya. Aku secara pribadi lebih menyukai rak itu. Agak sepi dan lbh kotor, tapi lebih baik daripada dijadikan tontonan orang2 dan harus berdiam diri sendirian di tempat yang panas dan pengap ini. Memang banyak orang yang melihatku dan tersenyum kemudian masuk ke dalam toko. Tadinya ku pikir ia mau membeli dan membawaku keluar dari toko ini. Tapi pikiranku salah. Orang tersebut mengambil boneka yang lain dan membawanya pulang. Baiklah, aku tdk berpikir kalau aku seburuk itu. Tapi aku telah membiasakan diriku dngan hal itu.
Matahari telah naik semakin tinggi. Aku melirik ke seberang jalan. Seorang anak kecil berseragam sekolah taman kanak2 berjalan bergandengan tangan dengan ibunya sambil tertawa. Si anak kemudian melambaikan tangannya ke arahku dan tersenyum ...lebar. Aku tersipu-sipu. Senyum anak kecil itu sangatlah manis dan hangat seperti saat matahari pagi menyentuh wajahku. Seperti apa ya rasanya diluar sana. Pasti senang rasanya karena anak kecil itu bisa tersenyum selebar itu.
"hmm, anak kecil yang manis." ujar seseorang dibelakangku. SuaraNya yang berat dan berkharisma mengejutkanku, kenapa Pemilik toko ada di belakangku. "di siang hari yang panas seperti ini, seperti mujizat rasanya diberi senyuman sehangat itu. Kamu pasti senang, ya."
"ya, pasti diluar sana sangat menyenangkan sampai anak itu bisa tersenyum selebar itu.. Aku juga ingin sekali.." ujarku dngan lirih. Pemilik toko tersenyum seolah tidak merasakan keinginanku yang mengebu-gebu untuk keluar dari etalase yang sumpek ini. Atau bahkan Ia tidak peduli?
Melihat senyum Pemilik toko, aku pun ingin mengajukan beberapa keberatanku yang selama ini terus ku pendam. Pemilik toko memang sangat baik. Ia memperlakukan semua bonekaNya dengan sangat apik dan penuh kasih kecuali kepadaku. Ya, karena cuma aku yang di'siksa' seperti ini.
"Tuan, bolehkah aku mengatakan sesuatu?" tanyaku dengan hati2.
Pemilik toko sama sekali tidak merubah mimik senyum di wajahNya. "apa itu." ucap Pemilik toko dengan lembut.
Pemilik toko adalah orang yang sangat sibuk dengan banyak pekerjaan. namun, Ia punya cara tersendiri untuk menghabiskan waktuNya saat ia sedang senggang. Ia suka duduk di kursi yang berhadapan dengan etalase. Tepat di belakangku dan mengamati orang2 yang masuk tokoNya bersamaku. Seolah menemaniku dalam kesendirianku di etalase. kadang Ia hanya diam saja. tapi Ia hampir selalu menceritakan banyak hal kepadaku.
"maaf sebelumnya jika selama ini aku hanya membawa kesulitan untukMu. Aku tidak laku dijual dan hanya jadi sampah yang memenuhi tokoMu sampai2 Kau harus meletakkanku di rak yang terpencil ini.. Meski sebenarnya lbh baik daripada Kau membuangku, tapi tempat ini panas dan pengap apalagi saat siang hari rasanya aku bisa terbakar. Itu belum yang terburuk. Selain itu tatapan orang2 setiap hari membuatku risih. Aku memang boneka beruang yang jelek. Tapi sepertiny Kau lupa untk meletakkan kartu diskon disini agar ada orang yang mau membeliku tanpa perlu aku menderita menunggu selama ini." protesku.
Pemilik toko hanya diam dan tersenyum dalam waktu yang lama. Lalu kemudian Ia beranjak dari kursiNya dan pergi. Aku tdk akan berpikir kalau Ia tidak marah. Bagus, aku membuka jalanku sendiri menuju pembuangan sampah.
Tiba2 tatapanku beralih kepada anak kecil dengan senyum hangat tadi. Ia dan ibunya berjalan memasuki toko. Aku mulai merasa bahwa anak dengan senyum yang hangat itu akan membeliku. Namun pikiranku keliru lagi. Ia keluar membawa boneka yang lain.
"mengapa kamu memusingkan hal yang seharusny tidak perlu kamu pikirkan?" ujar Pemilik toko kembali duduk di tempat Ia duduk sebelumnya.
Aku menangis. "hiks, Tuan, apa Kau akan membuangku setelah ini karena aku tidak laku?" tangisku.
"siapa yang bilang kamu boneka beruang jelek usang yang tidak laku? Tahukah kamu bahwa kamu adalah boneka paling berharga yang pernah Aku punyai? Aku menempatkanmu di rak ini bukan untuk menyiksamu. Tapi karena untuk memperlihatkan kepada semua orang bahwa kamu adalah boneka milik Ku yang paling indah dan berharga. Aku meletakkanmu di etalase ini agar semua orang dapat mengetahui bahwa kamu adalah milikKu dan aku selalu menjaga milik kepunyaanKu dengan baik. Karena Aku tahu kamu memiliki kelebihan, Aku ingin kamu mengunakan kelebihan itu untuk kemuliaan namaKu" ujar si Pemilik toko
"tapi apa kelebihanku, Tuan? Aku tidak merasa punya bnyak kelebihan.."
Pemilik toko kemudian menempatkan sebuah cermin tepat di depan wajahku. "Aku memilihmu karena ini. Inilah kelebihan yang tidak pernah kau sadari."
aku tercengang saat melihat bayangan wajahku yang terpantul di cermin. Seorang boneka beruang dengan wajah tersenyum berbalik menatapku dengan senyum manisnya. "ini... Aku?" tanyaku setengah tidak percaya.
Pemilik toko tersenyum. "benar. Dan tahukah kamu kenapa selama ini banyak orang yang tersenyum saat mereka melihatmu? Bukan karena keadaan diluar sana begitu indah dan menyenangkan, tapi mereka tersenyum karena MELIHAT senyummu di balik kaca etalase ini." ujar Pemilik toko. "mereka melihat senyum mu dan kemudian mereka masuk ke dalam toko dan akhrnya menemukan senyum2 yang lain."
"karena Aku tahu kamu adalah boneka dengan senyum termanis, maka Aku meletakkanmu di etalase yang tidak kamu sukai agar semua org bs melihat senyum mu dan merasa bahagia di hari2 mereka yang buruk. " terang Pemilik toko yang membuatku tercengang. "oh, ya.. Dan tahukah kamu kenapa sampai sekarang belum ada yang membelimu, itu karena Aku sendiri yang menempatkan tanda 'tidak untuk dijual' karena kamu sendiri adalah milik kepunyaanKu."
aku terdiam mendengar penjelasan Pemilik toko. Aku tdk pernah mengetahuiny sebelumnya. Maka, aku pun memejamkan mata. Mulai saat ini aku akan melihat segalanya dengan mata yang berbeda. Lalu aku kembali membuka mataku dan aku menarik senyum terlebar yang ku punya dan memberikannya kepada siapapun yang menyempatkan diri melihatnya.
Aku tersenyum di hari ini karena aku tahu bahwa aku berharga bagiNya dan aku ingin membagikan perasaan ini dgn org lain.
Oh ya, dan kalau saat ini kamu melihat senyumku, sempatkanlah dirimu untk masuk juga ke dalam toko. Karena disini kamu akan menemukan senyum2 yang lain dan terutama senyum si Pemilik toko yang bernama Yesus Kristus. Jika kamu memintanya, Ia mungkin akan memberimu Oleh2 gratis yang akan membuatmu terus ingat untk mengunjungi toko ini. :)
GBU
Comments
Post a Comment